Contoh Soal dan Jawaban: Menentukan Unsur Intrinsik dalam Cerpen "Mbok Sutiyah"
Berikut ini adalah contoh soal menentukan unsur intriksik cepen. Yaitu unsur intrinsik dalam cerpen "Mbok Sutiyah" karya Marya R. Sarjono.
Lihat juga:
Bacalah cerpen berikut!
Terpaksalah Mbok Sutiyah mengeluhkan perasaannya kepada Nining sendiri.
“kapan sekolahmu selesai, Nduk! Aku tak melihat apa gunaya sekolah terlalu lama seperti yang kau jalani itu!” katanya di antara keluhan- keluhanya.
“hanya tinggal beberapa bulan lagi, Mbok. Selesai ujian SMA, tamatlah sekolahku,” jawab Nining.
“Dan kau akan membantuku sepenuhnya dalam mengurus rumah tangga majikan kita itu. Aku senang sekali ! “ ucap Mbok Sutiyah demo mendengar anaknya tidak lama lagi menyelesaikan sekolahnya. Nining diam saja, tak sepintas pun Mbok Sutiyah tahu bahwa saat itu sang anak sedang bertarung dalam hatinya. Iya memeng mersakan adanya kebaikan dalam pengetahuan- pengetahuan yang pernah di ajarkan si Mboknya.dari sesama asal daerah,ia yang palingmahir berbahasa Jawa secara fasih dan beriar pemakaianya. Di antara kawan-kawanya sesuku, ialah yang paling tahu adat-istiadat suku Jawa. Tetapi ajaran yang lain simboknya bahwa mengabdi kepada bangsawan tinggi secara menyeluruh, amat betentangan dengan jiwanya yang bebas. Ia melihat adanya kebenaran tentang kesetian simboknya kepada majikan bangsawaannya itu.
Si mboknya telah banyak berutang budi. Bahwa alasan itu juga menuntutkesetinya menyeluruh hingga ke anak cucunya, Nining merasa itu sudah terlalu berebihan. Lebih dari itu, sebagai lulusan sekolah menengah atas, rasanya kurang pantas kalau ia akhirnya hanya berfrofesi sebagai abdi yang di Jakarta itu di sebut babu.
“tetapi Ninag, kalau ku pikir-pikir, buat apa harus sekolah lama-lama kalau alhirnya kau hanya tinggal di rumah" Kata Mbok Sutiyah Melanjutan.
Pikirannya yang sederhana memunculkan lagi kata-kata baru.
“kalau tahu begitu, aku dulu mengatakan ketika ketidaksetujuanku ketika Ndoro menyarankan terus sekolah walaupun saat itu kau sudah bisa membaca dan menulis”
Lagi-lagi Nining diam saja,. Namun ia membirkan pikiranya terus bergejolak. Sulit untuk menerangkan bahwa di sekolah bukan hanya di ajarkan menulis dan membaca saja. Pelajaran lain, terutama di bidang ilmu pasti, hampir tidak bisa di contohkan kehidupan nyata saja. Bagaiman mau menerangkan ilmu aljabar atuau ilmu kimia kepada si Mbokya kalau yang di kethui perempuan itu hanya bagaimana menggumpal segsnggam dedaunan sebagai ukuran membuat jamu tolak angin bagi Raden Ayu Suryokusumo?
Nining,betapa pun ia seorang gadis yang di besarkan d alam kemerdekaan yang sesuasananya dari masa kecil simboknya, tetap saja seorang perempuan yang tahu diri sebagaimana banyanya terdapat pada diri rakyat jelata yang bekerja di rumah-rumah joglo masa lalu. Iya harus pasrah terhadap keputusan atasan, seperti yang sudah terlanjur tertanam dalam sanubarinya. Apakah nantu ia memang harus membantu-bantu si Mboknya bekerja atau harus bekerja di luar rumah, tidak membuatnya begitu pusing.
Tetapi tatkala raden mas Suryokusumo menawarkan sesuatu yang sama sekali tak di sangkanya mulut tak tahan untuk tidak mengeluarkan isi hatinya.
“Ndoro, kalau saya harus kuliah di Universitas, saya akan semakin jauh melangkah ke dunia luar, terutama dunia di lingkup kehidupan simbok. Untuk apa saya belajar tinggi-tinggi kalau pada suatu saat saya kembali ketempat semula?” tanyanya.
Raden mas Suryokusumo mengerti benar jalan pikiran gadis muda itu, dia tersenyum menenangkan.
“Ubahlah citra tentang arti, nilai dan juga tujuan hidupmu itu. Kau adalah salah satu dari bagian masyarakat Indonesia. Kau sudah mengenyam pendidikan yang cukup. Sekarang aku tawarjkan untuk pendidikan yang lebih lanjut karena aku tahu kau punya otak yang cerdas. Nah, apakah orientasimu mengenal tujuan hidupmu nanti tetap sama seperti apa yang ada di dalam pikiran simbokmu! Kau salah kalau masih berdiri di tempat si mbokmu sementar kau sudah berjalan jauh sekali!
Maka sekali lagi, Ninig jalani kehidupan sebagai mahasiswi. Mbok Sutiyah hanya mampu menggelengkan kepalanya berulang-ulang, menyesali kenyataan yang terpampang di hadapanya. Sama sekali ia tidak dapat memehami untuk apa gadisnya harus sekolah lagi 5 tahun. Rasanya semua itu hanya membuang-buang waktu belaka.
Tatkala akhirnya Nining menyelesaikan kuliahnya dan ia termasuk undangan menyasikan Nining diwisuda sebagai sarjana psikologi, ad yang perlahan-lahan membuka jalan pikiranya. Di sana, ia melihat berbagai orang yang berpangkat duduk menyasikan hari wisud anak-anak mereka. Sama seperti yang sedang dialaminya.
Sebulan kemudian ketika Nining mendapat pekerjaan yang ia tidak dapat memahaminya, tetapi yang ia ketahui bahwa di tempat itu anaknya di hormati orang, ia merasa terkejut. Lebih terkejut dari pada ketika ia menyaksikan dirinya berada di antara orang-orang berpangkat pada hari wisuda beberapa bulan lalu. Ia terlalu lugu untuk mengerti bahwa apa yang pernah di cita-citakan bagi anaknya selama 25 tahun ini hampir tidak ada artinya di banding kenyataan yang di lihatnya sekarang terjadi pada diri Nining. Memeng tahu bahwa kenyataan itu terlalau penuh porsinya, terutama bagi anak yang bersal dari desa.
Tetapi apa yang di terima Nining sekarang ini bagi orang-orang yang bukan abdi, orang jauh lebih kaya bahkan seorang yang berpangkatpun masih belum banyak terjadi ia tak tahu. Yah, ia tidak tahu dan mungkin tidak pernah tahu untuk menjadi seorang sarjana bukan sja di parlukan biaya, kesempatan, kemauan, melainkan juga kecerdasan otak. Bahwa Nining tekah berhasil. Mbok Sutiyah hanya mersa bahwa itu sesuatu yang hebat. Hanya itu. Sama separti orang buta yang mendengar kehebatan seorang astronot menginjak bulan. Suatu hal yang tidak begitu mengherankan karena di bumi tanah air kita ini, yang tinggal jauh di pelosok, masih banyak Mbok Sutiyah yang lain!
Contoh Soal dan Jawaban
Tentukan unsur intrinsik dalam cerpen “Mbok Sutiyah” dengan menjawab pertanyaan berikut ini!
1. Apakah tema cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Tema cerpen cerpen “Mbok Sutiyah” adalah pendidikan dapat mengubah pandangan hidup seseorang.
2. Siapa saja tokoh yang diceritakan dalam cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Tokoh yang diceritakan dalam cerpen “Mbok Sutiyah” adalah Mbok Sutiyah, Nining, dan Raden Mas Suryokusumo.
3. Bagaimana sifat tokoh yang diceritakan dalam cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Mbok Sutiyah memiliki sifat sederhana dan setia. Sifat Mbok Sutiyah yang sederhana dapat dilihat dari pola pikirnya yang sederhana. Sifat Mbok Sutiyah yang setia dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya yang setia mengabdi pada bangsawan Raden Mas Suryokusumo.
Nining merupakan seorang pemudi yang memiliki pandangan modern, cerdas, dan patuh terhadap nasihat ibunya. Watak Nining yang memiliki pandang modern dapat diketahui dari pandangannya yang menyatakan bahwa pendangan si mboknya untuk mengabdi kepada bangsawan bertentangan dengan jiwanya yang bebas. Watak Nining yang memiliki pandangan modern juga dapat dilihat dengan perbuatan Nining pada akhirnya menerima tawaran Raden Mas Suryokusumo untuk kuliah. Watak Nining yang cerdas dapat dilihat dari keberhasilan Nining dalam menyelesaikan studinya. Watak Nining yang patuh dapat dilihat dari perbuatannya menurut nasihat Mbok Sutiyah, meskipun akhirnya Nining memutuskan untuk kuliah.
Raden Mas Suryokusumo memiliki watak baik hati dan dermawan. Watak Raden Mas Suryokusumo yang baik hati dapat dilihat dari perbuatannya yang menolong Mbok Sutiyah dan membiayai Nining sekolah sampai perguruan tinggi.
4. Bagaimana latar yang terdapat dalam cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Latar tempat dan waktu tidak dicantumkan secara pasti oleh penulis cerpen. latar yang tampak dalam cerpen adalah latar sosial. Latar sosial yang tampak adalah perbedaan status sosial tokoh dalam cerpen.
5. Apa pesan yang terdapat dalam cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Pesan yang terdapat dalam cerpen “Mbok Sutiyah” sebagai berikut:
Sumber: Buku PG bahasa Indonesia kelas IX
Lihat juga:
Bacalah cerpen berikut!
Mbok Sutiyah
Terpaksalah Mbok Sutiyah mengeluhkan perasaannya kepada Nining sendiri.
“kapan sekolahmu selesai, Nduk! Aku tak melihat apa gunaya sekolah terlalu lama seperti yang kau jalani itu!” katanya di antara keluhan- keluhanya.
“hanya tinggal beberapa bulan lagi, Mbok. Selesai ujian SMA, tamatlah sekolahku,” jawab Nining.
“Dan kau akan membantuku sepenuhnya dalam mengurus rumah tangga majikan kita itu. Aku senang sekali ! “ ucap Mbok Sutiyah demo mendengar anaknya tidak lama lagi menyelesaikan sekolahnya. Nining diam saja, tak sepintas pun Mbok Sutiyah tahu bahwa saat itu sang anak sedang bertarung dalam hatinya. Iya memeng mersakan adanya kebaikan dalam pengetahuan- pengetahuan yang pernah di ajarkan si Mboknya.dari sesama asal daerah,ia yang palingmahir berbahasa Jawa secara fasih dan beriar pemakaianya. Di antara kawan-kawanya sesuku, ialah yang paling tahu adat-istiadat suku Jawa. Tetapi ajaran yang lain simboknya bahwa mengabdi kepada bangsawan tinggi secara menyeluruh, amat betentangan dengan jiwanya yang bebas. Ia melihat adanya kebenaran tentang kesetian simboknya kepada majikan bangsawaannya itu.
Si mboknya telah banyak berutang budi. Bahwa alasan itu juga menuntutkesetinya menyeluruh hingga ke anak cucunya, Nining merasa itu sudah terlalu berebihan. Lebih dari itu, sebagai lulusan sekolah menengah atas, rasanya kurang pantas kalau ia akhirnya hanya berfrofesi sebagai abdi yang di Jakarta itu di sebut babu.
“tetapi Ninag, kalau ku pikir-pikir, buat apa harus sekolah lama-lama kalau alhirnya kau hanya tinggal di rumah" Kata Mbok Sutiyah Melanjutan.
Pikirannya yang sederhana memunculkan lagi kata-kata baru.
“kalau tahu begitu, aku dulu mengatakan ketika ketidaksetujuanku ketika Ndoro menyarankan terus sekolah walaupun saat itu kau sudah bisa membaca dan menulis”
Lagi-lagi Nining diam saja,. Namun ia membirkan pikiranya terus bergejolak. Sulit untuk menerangkan bahwa di sekolah bukan hanya di ajarkan menulis dan membaca saja. Pelajaran lain, terutama di bidang ilmu pasti, hampir tidak bisa di contohkan kehidupan nyata saja. Bagaiman mau menerangkan ilmu aljabar atuau ilmu kimia kepada si Mbokya kalau yang di kethui perempuan itu hanya bagaimana menggumpal segsnggam dedaunan sebagai ukuran membuat jamu tolak angin bagi Raden Ayu Suryokusumo?
Nining,betapa pun ia seorang gadis yang di besarkan d alam kemerdekaan yang sesuasananya dari masa kecil simboknya, tetap saja seorang perempuan yang tahu diri sebagaimana banyanya terdapat pada diri rakyat jelata yang bekerja di rumah-rumah joglo masa lalu. Iya harus pasrah terhadap keputusan atasan, seperti yang sudah terlanjur tertanam dalam sanubarinya. Apakah nantu ia memang harus membantu-bantu si Mboknya bekerja atau harus bekerja di luar rumah, tidak membuatnya begitu pusing.
Tetapi tatkala raden mas Suryokusumo menawarkan sesuatu yang sama sekali tak di sangkanya mulut tak tahan untuk tidak mengeluarkan isi hatinya.
“Ndoro, kalau saya harus kuliah di Universitas, saya akan semakin jauh melangkah ke dunia luar, terutama dunia di lingkup kehidupan simbok. Untuk apa saya belajar tinggi-tinggi kalau pada suatu saat saya kembali ketempat semula?” tanyanya.
Raden mas Suryokusumo mengerti benar jalan pikiran gadis muda itu, dia tersenyum menenangkan.
“Ubahlah citra tentang arti, nilai dan juga tujuan hidupmu itu. Kau adalah salah satu dari bagian masyarakat Indonesia. Kau sudah mengenyam pendidikan yang cukup. Sekarang aku tawarjkan untuk pendidikan yang lebih lanjut karena aku tahu kau punya otak yang cerdas. Nah, apakah orientasimu mengenal tujuan hidupmu nanti tetap sama seperti apa yang ada di dalam pikiran simbokmu! Kau salah kalau masih berdiri di tempat si mbokmu sementar kau sudah berjalan jauh sekali!
Maka sekali lagi, Ninig jalani kehidupan sebagai mahasiswi. Mbok Sutiyah hanya mampu menggelengkan kepalanya berulang-ulang, menyesali kenyataan yang terpampang di hadapanya. Sama sekali ia tidak dapat memehami untuk apa gadisnya harus sekolah lagi 5 tahun. Rasanya semua itu hanya membuang-buang waktu belaka.
Tatkala akhirnya Nining menyelesaikan kuliahnya dan ia termasuk undangan menyasikan Nining diwisuda sebagai sarjana psikologi, ad yang perlahan-lahan membuka jalan pikiranya. Di sana, ia melihat berbagai orang yang berpangkat duduk menyasikan hari wisud anak-anak mereka. Sama seperti yang sedang dialaminya.
Sebulan kemudian ketika Nining mendapat pekerjaan yang ia tidak dapat memahaminya, tetapi yang ia ketahui bahwa di tempat itu anaknya di hormati orang, ia merasa terkejut. Lebih terkejut dari pada ketika ia menyaksikan dirinya berada di antara orang-orang berpangkat pada hari wisuda beberapa bulan lalu. Ia terlalu lugu untuk mengerti bahwa apa yang pernah di cita-citakan bagi anaknya selama 25 tahun ini hampir tidak ada artinya di banding kenyataan yang di lihatnya sekarang terjadi pada diri Nining. Memeng tahu bahwa kenyataan itu terlalau penuh porsinya, terutama bagi anak yang bersal dari desa.
Tetapi apa yang di terima Nining sekarang ini bagi orang-orang yang bukan abdi, orang jauh lebih kaya bahkan seorang yang berpangkatpun masih belum banyak terjadi ia tak tahu. Yah, ia tidak tahu dan mungkin tidak pernah tahu untuk menjadi seorang sarjana bukan sja di parlukan biaya, kesempatan, kemauan, melainkan juga kecerdasan otak. Bahwa Nining tekah berhasil. Mbok Sutiyah hanya mersa bahwa itu sesuatu yang hebat. Hanya itu. Sama separti orang buta yang mendengar kehebatan seorang astronot menginjak bulan. Suatu hal yang tidak begitu mengherankan karena di bumi tanah air kita ini, yang tinggal jauh di pelosok, masih banyak Mbok Sutiyah yang lain!
Contoh Soal dan Jawaban
Tentukan unsur intrinsik dalam cerpen “Mbok Sutiyah” dengan menjawab pertanyaan berikut ini!
1. Apakah tema cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Tema cerpen cerpen “Mbok Sutiyah” adalah pendidikan dapat mengubah pandangan hidup seseorang.
2. Siapa saja tokoh yang diceritakan dalam cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Tokoh yang diceritakan dalam cerpen “Mbok Sutiyah” adalah Mbok Sutiyah, Nining, dan Raden Mas Suryokusumo.
3. Bagaimana sifat tokoh yang diceritakan dalam cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Mbok Sutiyah memiliki sifat sederhana dan setia. Sifat Mbok Sutiyah yang sederhana dapat dilihat dari pola pikirnya yang sederhana. Sifat Mbok Sutiyah yang setia dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya yang setia mengabdi pada bangsawan Raden Mas Suryokusumo.
Nining merupakan seorang pemudi yang memiliki pandangan modern, cerdas, dan patuh terhadap nasihat ibunya. Watak Nining yang memiliki pandang modern dapat diketahui dari pandangannya yang menyatakan bahwa pendangan si mboknya untuk mengabdi kepada bangsawan bertentangan dengan jiwanya yang bebas. Watak Nining yang memiliki pandangan modern juga dapat dilihat dengan perbuatan Nining pada akhirnya menerima tawaran Raden Mas Suryokusumo untuk kuliah. Watak Nining yang cerdas dapat dilihat dari keberhasilan Nining dalam menyelesaikan studinya. Watak Nining yang patuh dapat dilihat dari perbuatannya menurut nasihat Mbok Sutiyah, meskipun akhirnya Nining memutuskan untuk kuliah.
Raden Mas Suryokusumo memiliki watak baik hati dan dermawan. Watak Raden Mas Suryokusumo yang baik hati dapat dilihat dari perbuatannya yang menolong Mbok Sutiyah dan membiayai Nining sekolah sampai perguruan tinggi.
4. Bagaimana latar yang terdapat dalam cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Latar tempat dan waktu tidak dicantumkan secara pasti oleh penulis cerpen. latar yang tampak dalam cerpen adalah latar sosial. Latar sosial yang tampak adalah perbedaan status sosial tokoh dalam cerpen.
5. Apa pesan yang terdapat dalam cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Pesan yang terdapat dalam cerpen “Mbok Sutiyah” sebagai berikut:
- Raihlah pendidikan setinggi mungkin karena ilmu pengetahuan dapat mengubah pandangan hidup dan meningkatkan derajat dan martabat manusia.
- Berusahalah keras untuk mewujudkan tujuan hidup kita meskipun banyak rintangan dan masalah.
- Hargailah pandangan hidup yang berbeda dengan pandangan hidup kita.
Sumber: Buku PG bahasa Indonesia kelas IX
Tidak ada komentar :
Posting Komentar