Soal Tentang Menjelaskan Unsur Kebiasaan, Adat, dan Etika dalam Novel
Novel Indonesia Angkatan 20-30-an memuat unsur kebiasaan, adat, dan etika.
Berikut ini adalah contoh soal tentang menjelaskan unsur kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam kutipan novel.
Lihat juga:
Bacalah kutipan novel Kalau Tak Untung karya Selasih berikut!
Orang yang datang mengambil kursi lalu duduk. Rupanya ia tak tenang, katanya terbata-bata dan sebentar-sebentar melihat ia ke balik pintu Masrul. Setelah duduk sebentar, dimulainyalah perkataannya:
"Kakak barang kali telah tau apa maksud saya kepada Engkau Masrul karena Engkau Masrul anak Kakak. Baiklah saya mulai bertanya-tanya kepada Kakak dahulu. Kakak, sudah dua kali kami minta Engkau Masrul akan menjadi mantu kami, sampai sekarang tak ada jawabannya yang dapat diiyakan tidak, ditiadakannya pun tidak pula. Lain-lain saja jawabannya. Yang dua kali itu orang lain saja kami suruh ke mari, sekarang saya sendiri datang supaya tentu. Bulat supaya dapat digulingkan. Bagaimana pikiran kakak, adakah harapan kami akan jatuh yang dijolok, akan reras dilanting."
"Kakak melanting menuju tampuk, menjolok mengharap buah. Kalau Kakak hati-hati mengerjakannya, menjalankan akal, tinggi dilanting, rendah dijolok, tentu buah yang kakak idamkan itu akan kakak dapat. Hanya saja takut buah itu telah berpunya, tak mungkin dapat oleh penggalan kita. Meskipun demikian senjata yang tajam ada pada kakak. Buah itu akan kakak letakkan pada jambangan emas. Melihat rupanya yang kilau-kilauan itu, entah-entah buah itu akan jatuh sendiri ke dalamnya."
"Mengapa maka kakak katakan buah itu berpunya? Kakak mendengar dengan kabar angin?"
Jawablah pertanyaan berikut!
1. Jelaskan unsur kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam kutipan novel tersebut!
2. Jelaskan pula unsur perasaan dan pola pikir yang terdapat dalam kutipan novel tersebut!
Jawaban:
1. Unsur kebiasaan dalam kutipan Kalau Tak Untung yaitu masyarakat Sumatra Barat terbiasa mengungkapkan perasaan dan pikiran dalam bentuk ungkapan atau peribahasa.
Contoh ungkapan:
Bulat supaya bisa digulingkan (dapat segera diperoleh kesepakatana).
Jatuh yang dijolok akan reras yang dilanting (harapan tidak terkabul).
Senjata yang tajam (cara yang ampuh).
Kabar angin (kabar yang belum jelas).
Unsur adat pada kutipan Kalau Tak Untung yaitu orang tua berperan besar dalam menentukan pilihan jodoh bagi anaknya. Anak harus patuh pada pilihan jodoh orang tuanya.
Unsur etika pada kutipan Kalau Tak Untung yaitu masyarakat sangat menghormati mitra bicaranya. Terbukti adanya sebutan Engkau yang memang khusus ditujukan pada orang yang pantas dihormati. Demikian pula sering menyebut kakak, adalah sikap saling menghormati dan menyelesaikan suatu perkara dengan musyawarah.
2. Unsur perasaan yang terdapat pada kutipan Kalau Tak Untung yaitu kekhawatiran orang tua pada kesalahan pilihan jodoh bagi anaknya.
Unsur pola pikir yang terdapat dalam kutipan Kalau Tak Untung yaitu dipakainya pertimbangan akal pikiran dan musyawarah dalam menyelesaikan suatu perkara.
Berikut ini adalah contoh soal tentang menjelaskan unsur kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam kutipan novel.
Lihat juga:
Bacalah kutipan novel Kalau Tak Untung karya Selasih berikut!
Orang yang datang mengambil kursi lalu duduk. Rupanya ia tak tenang, katanya terbata-bata dan sebentar-sebentar melihat ia ke balik pintu Masrul. Setelah duduk sebentar, dimulainyalah perkataannya:
"Kakak barang kali telah tau apa maksud saya kepada Engkau Masrul karena Engkau Masrul anak Kakak. Baiklah saya mulai bertanya-tanya kepada Kakak dahulu. Kakak, sudah dua kali kami minta Engkau Masrul akan menjadi mantu kami, sampai sekarang tak ada jawabannya yang dapat diiyakan tidak, ditiadakannya pun tidak pula. Lain-lain saja jawabannya. Yang dua kali itu orang lain saja kami suruh ke mari, sekarang saya sendiri datang supaya tentu. Bulat supaya dapat digulingkan. Bagaimana pikiran kakak, adakah harapan kami akan jatuh yang dijolok, akan reras dilanting."
"Kakak melanting menuju tampuk, menjolok mengharap buah. Kalau Kakak hati-hati mengerjakannya, menjalankan akal, tinggi dilanting, rendah dijolok, tentu buah yang kakak idamkan itu akan kakak dapat. Hanya saja takut buah itu telah berpunya, tak mungkin dapat oleh penggalan kita. Meskipun demikian senjata yang tajam ada pada kakak. Buah itu akan kakak letakkan pada jambangan emas. Melihat rupanya yang kilau-kilauan itu, entah-entah buah itu akan jatuh sendiri ke dalamnya."
"Mengapa maka kakak katakan buah itu berpunya? Kakak mendengar dengan kabar angin?"
Jawablah pertanyaan berikut!
1. Jelaskan unsur kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam kutipan novel tersebut!
2. Jelaskan pula unsur perasaan dan pola pikir yang terdapat dalam kutipan novel tersebut!
Jawaban:
1. Unsur kebiasaan dalam kutipan Kalau Tak Untung yaitu masyarakat Sumatra Barat terbiasa mengungkapkan perasaan dan pikiran dalam bentuk ungkapan atau peribahasa.
Contoh ungkapan:
Bulat supaya bisa digulingkan (dapat segera diperoleh kesepakatana).
Jatuh yang dijolok akan reras yang dilanting (harapan tidak terkabul).
Senjata yang tajam (cara yang ampuh).
Kabar angin (kabar yang belum jelas).
Unsur adat pada kutipan Kalau Tak Untung yaitu orang tua berperan besar dalam menentukan pilihan jodoh bagi anaknya. Anak harus patuh pada pilihan jodoh orang tuanya.
Unsur etika pada kutipan Kalau Tak Untung yaitu masyarakat sangat menghormati mitra bicaranya. Terbukti adanya sebutan Engkau yang memang khusus ditujukan pada orang yang pantas dihormati. Demikian pula sering menyebut kakak, adalah sikap saling menghormati dan menyelesaikan suatu perkara dengan musyawarah.
2. Unsur perasaan yang terdapat pada kutipan Kalau Tak Untung yaitu kekhawatiran orang tua pada kesalahan pilihan jodoh bagi anaknya.
Unsur pola pikir yang terdapat dalam kutipan Kalau Tak Untung yaitu dipakainya pertimbangan akal pikiran dan musyawarah dalam menyelesaikan suatu perkara.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar