Rabu, 01 November 2017

Contoh Teks Cerpen Singkat Disertai Struktur dan Unsur Intrinsiknya

  Tidak ada komentar

Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek. Cerpen termasuk genre sastra berbentuk prosa. Sesuai dengan pendapat ahli yang mengatakan bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Kosasih dkk, 2004:431).

Baca juga:
Kumpulan Soal Essay Menentukan Unsur-Unsur Cerpen

Mengacu pada Kurikulum 2013, Struktur teks cerpen terbagi menjadi abstrak, orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda.

Sementara unsur-unsur cerpen terdiri atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra (cerpen) dari dalam. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra (cerpen) dari luar.

Unsur intrinsik cerpen yaitu tema, tokoh dan penokohan, latar/setting, alur/plot, sudut pandang, dan amanat.

Untuk melengkapi pengetahuan tentang cerpen berikut ini disajikan contoh teks cerpen singkat yang disertai struktur dan unsur intrinsiknya.


“Perjuangan Hidup Rini”

Karya: Sofa Marwati

Abstrak
Air keringat membasahi pipinya. Langkah kakinya terseok-seok. Nafasnya tesengal-sengal saat menanjaki jalan di pinggir kota. Dia, seorang anak yang menjual kue, demi menyambung hidup keluarga kecilnya.

Orientasi
Rini namanya. Ia idak pernah merasa malu dengan teman-temannya di sekolah. Bahkan di sekolah pun dia berjualan kue juga. teman-temannya banyak yang suka membeli kuenya, karena kue-kuenya banyak pilihan rasa.

Rini masih kelas VI SD. Tinggal bersama ayahnya serta adiknya yang masih kecil, Rina. Namun ayahnya kini sedang sakit.

Dulu ayahnya seorang penjual koran bekas. Namun sekarang ia tidak bisa bekerja. Kakinya lumpuh. Ia hanya bisa terbaring mendongak atas langit-langit rumah yang hampir saja rubuh. Sementara ibunya Rini meninggal dunia beberapa tahun lalu karena sakit juga.

“Kue, kue, kue ....” Rini mempromosikan kuenya. Wajahnya nyaris pucat di bawah terik sinar mentari. Di lorong-lorong yang sempit, di gang-gang yang padat penduduk, di jalan yang berdebu, Rini selalu bersemangat menjajakan kue-kuenya.

Rini tidak pernah putus asa. Bahkan ia bercita-cita untuk membahagiakan keluarganya.

Komplikasi

12 jam kemudian ...

Pagi-pagi sekali Rini bergegas menyiapkan kue-kuenya yang akan dibawa ke sekolah. Dia pun pamitan pada ayahnya. Setelah beberapa menit, akhirnya Rini tiba di sekolah. Ketika langkah kakinya berada di depan kelasnya, tiba-tiba dia terjatuh. Kue-kuenya juga terlempar berantakan. Teman-temannya melihat kejadian itu. Ada yang kasihan, ada pula yang kelihatan acuh tak acuh. Dan tiba-tiba ada salah satu temannya yang menhampirinya.

”Hai, Si Miskin! Kenapa masih jualan kue sih! Kalau mau jualan pulang aja sana! Udah miskin, sekolah di tempat gaul lagi. Emangnya gak malu apa!

Rini tidak membalas. Dia hanya diam memandang kue-kuenya.

5 jam kemudian ...

Bel sekolah berbunyi. Anak-anak bergegas merapikan tas dan segera pulang. Rini pun melangkah bersama teman-temannya untuk pulang. Ketika sampai di rumah, dia melihat semua orang berdatangan ke rumahnya. Rini bingung apa sebenarnya yang terjadi.

“Bu, apa sebenarnya yang terjadi di rumahku?” tanya Rini dengan perasaan was-was. Ibu itu pun menjawab, “Ayahmu meninggal, Rini!”

“Apaaa!!! Ayah meninggal!?” Pekik Rini.

Kali ini Rini tak kuasa membendung air matanya. Rini pun tenggelam dalam pilu yang menghujam hingga ke ulu hati. Adiknya yang ada disampingnya ikut menangis. Sementara sang ayah terbujur kaku di depan mereka.


***
Resolusi
Waktu demi waktu berlalu. Rini masih tetap memikirkan ayahnya. Dia selalu termenung seorang diri. Pikirannya melayang entah ke mana.

Pagi berlalu dan malam pun tiba. Ketika Rini tertidur ia bermimpi. Dalam mimpinya ia berjumpa dengan ayahnya. Sang ayah berkata “Rini, kamu adalah anak yang tangguh, mandiri. Jangan pikirkan ayah, Nak,”

Rini pun terkejut dan terbangun dari tidurnya. “Ayaaah!!!” kata rini.

“Kakak kenapa,” Kata Rina.

“Tidak dek, kakak tidak kenapa-napa.”

Koda
Ayam berkokok, pagi pun telah datang.  Rini yang semalam sudah memimpikan ayahnya, kembali bersemangat untuk bekerja dengan berjualan kue.

“Kue, kue, kue .....” teriak Rini di sebuah gang yang sempit. Rina membuntutinya dari belakang.


Unsur Intrinsik Cerpen “Perjuangan Hidup Rini
Ada pun unsur intrinsik “Perjuangan Hidup Rini” adalah sebagai berikut.

Tema: Kisah seorang anak penjual kue yang  menghidupi keluarganya.

Tokoh: Rini, Rina, Ayah Rini, tetangga.

Perwatakan 
tokoh Rini: sabar, tangguh, dan mandiri.

Sabar
Bukti: .......Rini tidak membalas. Dia hanya diam memandang kue-kuenya.......

Tangguh dan mandiri
Bukti:  “Rini, kamu adalah anak yang tangguh, mandiri. Jangan pikirkan ayah, Nak,”

Latar atau Setting
Latar tempat: di sekolah.
Bukti:  Bel sekolah berbunyi. Anak-anak bergegas merapikan tas dan segera pulang.

Latar waktu: siang hari
Bukti: “Kue, kue, kue ....” Rini mempromosikan kuenya. Wajahnya nyaris pucat di bawah terik sinar mentari.

Latar suasana: sedih.
Bukti: Kali ini Rini tak kuasa membendung air matanya. Rini pun tenggelam dalam pilu

Alur
Alur yang digunakan dalam cerpen “Perjuangan Hidup Rini” yaitu alur maju.

Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen “Perjuangan Hidup Rini” yaitu sudut pandang orang ketiga (SP III), dibuktikan dengan penggunakan kata ganti orang ketiga (dia, nama diri)

Bukti:
Air keringat membasahi pipinya. Langkah kakinya terseok-seok. Nafasnya tesengal-sengal saat menanjaki jalan di pinggir kota. Dia, seorang anak yang menjual kue, demi menyambung hidup keluarga kecilnya.

Amanat
Pelajaran yang bisa dipetik dari cerpen “Perjuangan Hidup Rini” yaitu bahwa kita harus sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan hidup. Begitu pula harus bekerja keras, gigih, pantang menyerah dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar